English French German Spain Italian Dutch Russian Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

28/03/11

PERKEMBANGAN IDIOLOGI DAN ORGANISASI PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA

Pergerakan nasional ditandai oleh adanya organisasi yang sudah didukung dan didirikan oleh segenap rakyat di Nusantara. Ciri organisasi pergerakan nasional berbeda dengan pergerakan daerah, hal ini dapat kita bedakan sebagai berikut.
1. Gerakan daerah bercirikan sebagai berikut.
a. Bentuk gerakannya belum diorganisasi, maka menggantungkan kepada pemimpin.
b. Sifatnya kedaerahan, maka bersifat insidental sementara.
c. Mengandalkan kekuatan senjata dan kekuatan gaib.
d. Belum ada tujuan yang jelas.
e. Gerakannya mudah bubar atau berakhir jika pemimpin mereka tertangkap.
2. Gerakan nasional bercirikan sebagai berikut.
a. Gerakannya sudah diorganisasi secara teratur.
b. Bersifat nasional baik wilayah atau cita-cita kebangsaan.
c. Perjuangan menggunakan taktik modern dan organisasi modern.
d. Sudah memiliki tujuan yang jelas yaitu Indonesia merdeka.
e. Gerakannya tangguh dan berakar di hati rakyat.
1. Budi Utomo
Kebangkitan nasional ditandai lahirnya Budi Utomo (BU) yang didirikan pada tanggal 20 Mei 1908 oleh Dr. Sutomo, Suradji, dan Gunawan Mangunkusumo yang waktu itu menjadi mahasiswa Stovia (kedokteran Jawa), sedangkan perintisnya adalah Dr. Wahindin Sudirohusodo. Ia mendirikan Studie Fonds (dana pelajar) guna membiayai pelajar yang tidak mampu. Itulah sebabnya, BU disebut organisasi sosial dan perintis pergerakan nasional. Adapun bidang gerak BU adalah sosial, ekonomi, dan kebudayaan. Ini tercermin dari tujuan yang akan dicapai oleh BU tersebut.
Tujuan BU adalah kemajuan bagi Hindia atau kemajuan yang harmonis bagi nusa bangsa. Tujuan tersebut akan dicapai melalui usaha, antara lain, memajukan pendidikan, teknik industri, pertanian, peternakan dan perdagangan, serta menghidupkan kembali kebudayaan sendiri.
2. Sarekat Islam
Pada tahun 1911 di Laweyan, Solo berdiri organisasi Sarekat Dagang Islam (SDI) dengan ketua Haji Samanhudi. Keinginan untuk menyaingi pedagangpedagang Cina mendorong banyak orang
ingin menjadi anggota SDI. Tujuan SDI semula adalah memajukan perdagangan untuk menyaingi pedagang-pedagang Cina. Namun pada akhirnya, selain memajukan perdagangan, SDI juga ingin memajukan agama Islam. Oleh karena itu, atas anjuran H.O.S. Cokroaminoto, nama SDI diubah menjadi SI (Sarekat Islam) pada tahun 1912.
SI mempunyai beberapa tujuan, yaitu mengembangkan jiwa dagang, membantu para anggota yang mengalami kesulitan dalam usaha meningkatkan derajat, memperbaiki pendapat yang keliru mengenai agama Islam, hidup menurut perintah agama. Karena bersifat kerakyatan, SI cepat mendapatkan anggota. Akibatnya, Gubernur Belanda A.W.F. Idenburg ragu dan khawatir terhadap SI, sehingga permohonan izin pengesahan SI ditolak. Oleh karena itu, SI menyiasati hal tersebut dengan mendirikan Central Sarekat Islam (CSI) di Surabaya yang diakui Belanda pada tanggal 18 Maret 1916.
Adapun tujuan didirikannya CSI adalah memajukan, membantu, memelihara, dan menjalin
kerja sama antar-SI lokal yang tergabung dalam CSI.
3. Indische Partij
Indische Partij (IP) didirikan pada tanggal 25 Desember 1912 di Bandung oleh tiga serangkai, yaitu Douwes Dekker (Danudirdja Setiabudhi),  Tjipto Mangunkusumo, Soewardi Soerjaningrat
(Ki Hadjar Dewantara). Tujuan didirikannya partai polilik ini adalah mempersatukan Hindia Belanda sebagai persiapan Hindia merdeka. Tujuan ini disebarluaskan melalui surat kabar De Express.
Anggaran dasar dan program kerja IP adalah membangun patriotisme IP terhadap tanah air, bekerja sama atas dasar kesamaan ketatanegaraan demi memajukan tanah air, dan mempersiapkan kehidupan rakyat yang merdeka. Untuk mencapai tujuan partai, cara-cara yang ditempuh IP adalah memberantas kesombongan sosial dalam pergaulan, meresapkan cita-cita kesatuan nasional Hindia, memperbesar pengaruh pro-Hindia dalam pemerintahan, memperjuangkan persamaan hak setiap warga, memperbaiki keadaan ekonomi Hindia, menghindiakan pengajaran untuk kepentingan ekonomi.
4. Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan pada tanggal 18 November 1912 di Yogyakarta oleh K. H. Ahmad Dahlan, seorang ulama besar yang terpengaruh gerakan wahabi. Tujuan didirikannya Muhammadiyah adalah memajukan pengajaran Islam, mengembangkan pengetahuan Islam dan cara hidup menurut peraturan Islam, membantu dan meningkatkan kehidupan social masyarakat Islam.
Untuk mencapai tujuan partai, Muhammadiyah menempuh usaha-usaha, antara lain, mendirikan, memelihara, dan membantu pendirian sekolah berdasarkan agama Islam untuk memberantas buta huruf; mendirikan dan memelihara masjid, langgar, rumah sakit, dan rumah yatim piatu; membentuk badan perjalanan haji ke tanah suci. Muhammadiyah mempunyai wadah khusus bagi wanita (Aisyiah) dan bagi pria (Hisbul Wathon).
5. Gerakan pemuda
a. Trikoro Dharmo
Trikoro Dharmo didirikan di Jakarta pada tanggal 7 Maret 1915 oleh R. Satiman Wiryosanjoyo, Sunardi, dan Kadarman. Trikoro Dharmo artinya tiga tujuan mulia (= sakti, budi, bhakti). Adapun tujuan Trikoro Dharmo adalah mencapai jaya raya dengan jalan memperkukuh persatuan antarpemuda Jawa, Sunda, Madura, Bali, dan Lombok.
Untuk mencapai tujuan, usaha-usaha yang dilakukan Trikoro Dharmo adalah menambah pengetahuan umum bagi anggotanya; memupuk tali persaudaraan antarmurid bumiputra sekolah menengah, sekolah guru, dan sekolah kejuruan; membangkitkan dan mempertajam perasaan untuk segala bahasa budaya Indonesia, khususnya Jawa.
Pada tahun 1918, nama Trikoro Dharmo diubah menjadi Jong Java. Kegiatannya berkisar pada bidang sosial, budaya, pemberantasan buta huruf, kepanduan, seni, dan lainnya. Pada kongresnya (1922) diputuskan bahwa Jong Java tidak bergerak dalam bidang politik dan anggotanya dilarang masuk partai politik. Namun, masuknya Agus Salim (tokoh SI) menyebabkan Jong Java mulai bergerak dalam bidang politik. Oleh karena itu, ada yang pro dan kontra. Akhirnya, yang setuju bergerak dalam politik mendirikan Jong Islamieten Bond (JIB) (1925) dengan agama Islam sebagai dasar pergerakan dan menerbitkan majalah Al Noer.
b. Jong Sumatranen Bond (Persatuan Pemuda Sumatra)
Jong Sumatranen Bond (JSB) berdiri pada tahun 1917 di Jakarta dengan tokohnya Moh. Hatta dan Muh. Yamin. Tujuan didirikannya JSB adalah memperkukuh hubungan antarpelajar asal Sumatra dan mendidik mereka menjadi pemimpin bangsa serta mempelajari dan mengembangkan budaya Sumatra.
c. Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI)
PPPI didirikan oleh para pelajar Jakarta dan Bandung pada bulan September 1926 di Jakarta. Tokoh-tokoh PPPI adalah Abdullah Sigit, Sugondo, Suwiryo, Reksodipuro, A.K. Abdul Gani, Sumanang. Tujuan PPPI adalah memperjuangkan Indonesia merdeka. Untuk merealisasikan tujuannya itu, maka sifat kedaerahan harus dihilangkan, perselisihan pendapat antarnasionalis juga harus dihindarkan, dan para anggota harus rajin belajar.
d. Pemuda Indonesia
Pemuda Indonesia semula bernama Jong Indonesia yang didirikan di Bandung pada tahun 1927. Anggota Pemuda Indonesia kebanyakan dari kalangan pelajar yang sekolah di luar negeri. Tokohnya adalah Sugiono, Yusapati, Suwaji, Moh. Tamzil, Sartono, Asaat, dan Budhiarto.
Pada tanggal 28 Desember 1927, PI mengadakan kongres di Bandung yang menghasilkan, antara lain, nama oragnisasi yang semula Jong Indonesia diganti menjadi Pemuda Indonesia; bahasa Melayu ditetapkan sebagai bahasa pengantar organisasi pemuda; Yusapati diangkat sebagai ketua, Moh. Tamzil sebagai sekretaris I, Subagio Reksodipuro sebagai sekretaris II, dan Mr. Asaat sebagai bendahara.
e. Indonesia Muda
Indonesia Muda berdiri pada tahun 1930. Indonesia Muda merupakan organisasi nasional yang lahir sebagai peleburan organisasi kedaerahan.
6. Partai Komunis Indonesia (PKI)
Pada tanggal 4 Mei 1914, didirikan ISDV (Indische Sociaal Democratische Vereniging) oleh orang-orang Belanda, seperti Dekker, Sneevliet, dan Brandsteder bersama Semaun. Tujuan berdirinya ISDV adalah menyebarluaskan paham sosial demokratis dengan membangun perasaan revolusioner bagi bangsa Indonesia.
Pada tanggal 23 Mei 1920, nama ISDV diubah menjadi PKI dengan Semaun sebagai ketua, Bergsma sebagai sekretaris, dan Dekker sebagai bendahara. Pada tanggal 24 Desember 1920, PKI mengadakan Kongres Istimewa dan mengambil keputusan untuk bergabung dengan organisasi Komintern. Selanjutnya, PKI berpura-pura setuju menjadi anggota volksraad.
Sejak pemerintahan Belanda, PKI telah mengadakan pemberontakan. Misalnya, pada tahun 1926 Alimin mengadakan pemberontakan di Jawa Barat dan Banten. Kemudian pada tahun 1927, terjadi pemberontakan PKI di Sumatra. Akibatnya, oleh Belanda sejak tahun 1927 PKI dianggap sebagai organisasi terlarang.
7. Taman Siswa
Taman siswa merupakan lembaga pendidikan nasional yang didirikan oleh Soewardi Soerjaningrat (Ki Hajar Dewantara) di Yogyakarta pada tanggal 3 Juli 1922. Lembaga ini bertujuan menyesuaikan sistem pendidikan dengan kebudayaan Indonesia. Tujuan tersebut dapat tercapai dengan Pancadarma Taman Siswa yang meliputi dasar kodrat alam, dasar kemerdekaan, dasar kebudayaan, dasar kebangsaan atau kerakyatan, dan dasar kemanusiaan.
Dalam pendidikan, Taman Siswa hendak mewujudkan system “among” untuk mengadakan pola belajar asah, asih, asuh dan diterapkan pola kepemimpinan “ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani” yang artinya seorang pemimpin harus dapat menjadi contoh, memberi motivasi, dan mendorong untuk maju.
8. Partai Nasional Indonesia (PNI)
PNI berdiri pada tanggal 4 Juli 1927 di Bandung oleh Ir. Soekarno, dr. Tjipto Mangunkusumo, Ir. Anwari, Mr. Sartono, Mr. Sunaryo, Mr. Budhiarto, dan Dr. Sanusi. Tujuan PNI adalah Indonesia merdeka. Tujuan ini hendak dicapai dengan asas percaya pada diri sendiri (self help). Artinya, memperbaiki keadaan politik, ekonomi, dan sosial dengan kekuatan sendiri, misalnya mendirikan sekolah-sekolah, poliklinik-poliklinik, bank nasional, dan koperasi. Itulah sebabnya, PNI tidak mau bekerja sama dengan penjajah (nonkooperatif). Pergerakan PNI didasarkan pada semboyan Marhaenisme, artinya memperjuangkan rakyat miskin.
9. Gerakan wanita
Pelopor gerakan wanita adalah R.A. Kartini, putri Bupati Jepara Ario Sosrodiningrat. Kartini lahir pada tanggal 21 April 1879. Cita-cita beliau adalah memperbaiki derajat kaum wanita melalui pendidikan dan pengajaran. Untuk merealisasikan tujuannya itu, Kartini mengadakan kontak  lewat surat dengan
wanita Barat dan juga Nusantara. Surat-surat Kartini inilah oleh
Mr. Abendanon dijadikan buku berjudul Habis Gelap Terbitlah
Terang.
Dari Jawa Barat juga muncul tokoh wanita, yaitu Dewi
Sartika yang berusaha melepaskan tradisi dan adat pingitan bagi wanita seperti kawin
paksa dan poligami.
Perjuangan Kartini dan Dewi Sartika kemudian mengilhami gerakan-gerakan wanita.
a. Putri Mardiko (1912) berdiri di Jakarta, tujuannya memberikan bantuan bimbingan dan
penerangan pada gadis pribumi dalam menuntut pelajaran, tokohnya adalah
R.A. Sabaruddin, R.A. Sutinah, Joyo, R.R. Rukmini.
b. Kartini Fonds (dana Kartini) yang didirikan Ny. T. Ch. Van Deventer (1912) dengan
tujuan mendirikan sekolah bagi kaum wanita, misalnya Maju Kemuliaan di Bandung,
Pawiyatan Wanito di Magelang, Wanito Susilo di Pemalang, Wanito Hadi di Jepara,
Budi Wanito di Solo, dan Wanito Rukun Santoso di Malang.
c. Keutamaan Istri, berdiri di Tasikmalaya (1913) dengan tujuan mendirikan sekolah
untuk anak-anak gadis.
d. Kerajinan Amal Setia, berdiri di Gadang, Sumatra Barat tanggal 11 Februari 1914
dengan ketua Rohana Kudus. Tujuan didirikannya organisasi ini adalah untuk
meningkatkan pendidikan wanita seperti cara mengatur rumah tangga, kerajinan
tangan, dan cara pemasarannya.
e. Sarikat Kaum Ibu Sumatra di Bukittinggi.
f. Perkumpulan Ina Tani di Ambon.
Untuk menyebarluaskan pengetahuan tentang kewanitaan dilakukan dengan
menerbitkan surat kabar Putri Hindia di Bandung, Wanita Swara di Brebes, Soenting
Melajoe di Bukittinggi, Putri Mardiko di Jakarta, Estri Oetom
10. Gerakan buruh
Gerakan buruh adalah organisasi pekerja atau kaum buruh untuk memperjuangkan
nasib mereka. Tujuan organisasi ini adalah memelihara dan memperbaiki syarat perburuhan
dengan mengatur hubungan kerja, mengatur hubungan kerja antara pekerja dan pemerintah,
dan mengatur kaum pekerja sebagai golongan tersusun yang membangun bangsa.
11. Perhimpunan Indonesia
Perhimpunan Indonesia (PI) merupakan
perkumpulan pelajar Indonesia di negeri Belanda
yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. PI
berdiri pada tahun 1908 dengan nama Indische
Vereniging dan tokohnya adalah Sosrokartono,
Husein Jayadiningrat, Notosuroto, dan Sumitro
Kolopaking. Setelah kedatangan Soewardi
Soerjaningrat dan Tjipto ke negeri Belanda
(1913), PI bergerak dalam bidang politik. Pada
tahun 1922, Indische Vereniging berubah nama
menjadi Perhimpunan Indonesia.
Orang Belanda yang memerhatikan penderitaan rakyat Indonesia, misalnya
Mr. Abendanon, Van Deventer, Dr. Snouck Hurgronje, berusaha memperjuangkan nasib
bangsa Indonesia. Pada peringatan ulang tahun ke-15, Indische Vereniging, mengeluarkan
buku berjudul Gedenboek karangan Sukiman W.S. yang menghebohkan Belanda.
12. Parindra (Partai Indonesia Raya)
Parindra merupakan gabungan dari BU dan PBI yang dibentuk dalam kongres tanggal
24 – 26 Desember 1935 di Solo dengan ketua Dr. Sutomo. Tujuannya adalah Indonesia
Raya. Parindra menganut asas perjuangan kooperasi tetapi kadang-kadang juga
nonkooperasi.
13. MIAI (Majelis Islam A’laa Indonesia)
MIAI dibentuk 25 September 1937 di Surabaya dengan tokohnya K.H. Mas Mansyur,
K.H. Dahlah, dan K.H. Abdul Wahab. Tujuan MIAI adalah mempererat hubungan
antarorganisasi Islam Indonesia maupun luar negeri serta mempersatukan langkah dan
suara untuk membela kejayaan Islam.
14. Gapi (Gabungan Politik Kebangsaan Indonesia)
Gapi dibentuk atas prakarsa Parindra tahun 1939 dan yang menjadi anggota adalah
Parindra, Pasundan, Persatuan Minahasa, PSJI, Gerindo, dan PNI. Pengurus hariannya
adalah Abikoesno Tjokrosoejoso, Amir Sjarifuddin, dan Husni Thamrin.
BAB   III
PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA
A.  LATAR BELAKANG JEPANG MENGUASAI INDONESIA
Bulan Agustus 1940, dalam Perang Dunia II, sebagian wilayah negara Belanda sudah
dikuasai Jerman. Sebagai jajahan Belanda, Indonesia dinyatakan berada dalam keadaan
perang. Saat itulah GAPI kembali mengeluarkan resolusi yang menuntut diadakannya
perubahan ketatanegaraan di Indonesia menggunakan hukum tata negara dalam masa genting
(Nood Staatsrecht). Isi resolusi tersebut adalah mengubah Volksraad menjadi parlemen sejati
yang anggotanya dipilih dari rakyat dan mengubah fungsi kepala-kepala departemen menjadi
menteri-menteri yang bertanggung jawab kepada parlemen. Resolusi tersebut dikirimkan
kepada Gubernur Jenderal, Ratu Wilhelmina, dan Kabinet Belanda yang pada saat itu berada
di London.
Pada saat yang bersamaan, Jepang telah menduduki wilayah beberapa negara di Asia
Tenggara. Kedudukan Belanda di Indonesia pun terancam. Dengan kampanye 3A, kedudukan
Jepang di Asia makin kuat. Sementara itu, tindakan pemerintah kolonial Belanda yang keras
kepala semakin meyakinkan kaum pergerakan nasional bahwa selama Belanda berkuasa,
bangsa Indonesia tidak akan pernah memperoleh kemerdekaannya. Akibatnya, kampanye
Jepang yang mengumandangkan kemerdekaan bangsa-bangsa Asia mendapat simpati yang
besar dari rakyat Indonesia.
Dalam rangka menguasai Indonesia, Jepang menyerang markas-markas Belanda di
Tarakan, Sumatra, dan Jawa. Pada tanggal 8 Maret 1942, Panglima Angkatan Perang Hindia
Belanda Letnan Jenderal H. Ter Poorten, atas nama Angkatan Perang Sekutu di Indonesia,
menyerah tanpa syarat kepada pimpinan tentara Jepang, Letnan Jenderal Hitoshi Imamura.
Penyerahan tanpa syarat tersebut ditandai dengan persetujuan Kalijati yang diadakan di
Subang, Jawa Barat. Isi persetujuan tersebut adalah penyerahan hak atas tanah jajahan
Belanda di Indonesia kepada pemerintahan pendudukan Jepang. Artinya, bangsa Indonesia
memasuki periode penjajahan yang baru.
Meski kedatangannya, seperti juga Belanda, adalah untuk tujuan menjajah, Jepang
diterima dan disambut lebih baik oleh bangsa Indonesia. Berikut alasan yang melatarbelakangi
perbedaan sikap tersebut.
1. Jepang menyatakan bahwa kedatangannya di Indonesia tidak untuk menjajah, bahkan
bermaksud untuk membebaskan rakyat Indonesia dari belenggu penjajahan Belanda.
2. Jepang melakukan propaganda melalui Gerakan 3A (Jepang cahaya Asia, Jepang pelindung
Asia, dan Jepang pemimpin Asia).
3. Jepang mengaku sebagai saudara tua bangsa Indonesia yang datang dengan maksud
hendak membebaskan rakyat Indonesia.
4. Adanya semboyan Hakoo Ichiu, yakni dunia dalam satu keluarga dan Jepang adalah
pemimpin keluarga tersebut yang berusaha menciptakan kemakmuran bersamA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Welcome